Study Case Miss Macaroon
Dapatkah Anda jelaskan creative social enterprise milik Anda dalam satu kalimat?
Rosie Ginday — Founder Miss Macaroon (RG)
“Bisnis ‘Miss Macaroon’ adalah membuat dan menjual french macaroon dan kami menginvestasikan 100% profit kami untuk training, pelatihan dan membuka kesempatan kerja untuk mereka yang membutuhkan”
Apa yang menginspirasi Anda?
(RG) “Salah satu keluarga dekat saya, dulu dia tinggal di panti sosial sejak masih di usia dini.
Dan saya bisa lihat, itu meninggalkan bekas mendalam pada dirinya.
Jadi ketika kamu dipisahkan dari orang tuamu
Pemerintah atau petugas sosial yang akan mengurusmu
Dia hanya 6 bulan di Panti sosial tapi itu sudah memberikan bekas mendalam pada dirinya.
Saya bisa lihat pengalaman itu mempengaruhi apa yang ingin dia lakukan dalam hidupnya.
Dia ingin menjadi dokter dan dia tidak pernah bisa mewujudkannya
Lalu saya pikir saya punya kesempatan dan banyak dukungan
Jadi, saya ingin ‘give back’ dan melakukan sesuatu,
sesuatu dimana saya bisa memiliki business dan kreatif, tapi juga menyediakan kesempatan untuk orang muda.”
Siapa target market Anda dan bagaimana Anda menjangkau mereka?
(RG) : “Target market Miss Macaroon itu terpecah menjadi beberapa
Target market pertama adalah para ‘trainees’ kami
Jadi, kami merekrut trainees melalui beberapa organisasi yang berbeda
Antaranya Department Work and Pensions — mereka memberi tunjangan kepada pencari kerja.
Jadi, mereka (trainees) memiliki Job coaches, dan kami merengkrut trainees kami melalui mereka.
Kami juga bekerja sama dengan banyak social enterprise, yayasan-yayasan amal, organisasi pembinaan remaja dan tuna wisma,
Selain itu Lembaga Pemasyarakatan juga kepolisian.
Dan kami meminta mereka untuk bekerja sama dalam program kami.
Jadi, kaitannya dengan customer yang membeli produk macaroon kami, juga terbagi-bagi.
Corporate customer, wedding customer, kami juga ada masyarakat umum yang membeli melalui website atau toko kami di Birmingham City Center.
Juga
Dan cara kami menjangkau mereka itu berbeda-beda di setiap grup target market.
So, Corporate biasanya menjangkau kami melalui website dan … kami memiliki channel social media yang aktif.
Lalu Search Engine Optimization — yang berarti kami ada di halaman pertama di hasil pencarian yang relevan
Untuk customer wedding, juga kebanyakan menjangkau kami lewat website.
Kami pernah bergabung dalam wedding festival, tapi kami belum lihat hasil memuaskan untuk penjualan setelahnya,
Customer umum kami kebanyakan menjangkau kami melalui social media, twitter, instagram, facebook.
Dan juga melalui toko fisik dan website.”
Darimana asalnya ide bisnis Miss Macaroon ini?
(RG) : “Jadi ide bisnis Miss Macaroon ini berawal saat saya pertama bekerja
Saat itu saya berusia 16 tahun, jadi pramuniaga.
Lalu datang family saya ini, yang tumbuh di panti sosial,
Yang membuat saya sadar saya ingin melakukan sesuatu yang lebih
Tidak hanya memberi makan, barang atau uang
Dan itu tersimpan di benak saya.. dan ketika saya di universitas dan menyelesaikan gelar sarjana Art saya,
Saya sadar, saya tidak mau menjadi seniman — itu akan jadi hobi saja.
Alih-alih mencari kerja, saya justru pergi ke Taiwan dan mengajar bahasa Inggris.”
“Pada titik itu saya tidak kepikiran untuk bekerja di bidang makanan atau memiliki restoran.
Saya merasa terlalu muda untuk memulai bisnis dan berada di lingkungan akademik terlalu lama untuk masuk akademi tata boga.
Jadi saya ke Taiwan, tinggal selama 1,5 tahun — berakhir membuka restoran vegan & vegetarian di Artspace dengan teman dari Kanada.
Kami benar-benar menikmati dan menyukainya.
Lalu saya tahu bahwa inilah yang ingin saya geluti — sebuah ruang komunitas, ruang luas untuk bersosialisasi juga event komunitas.
Sadar bahwa saya butuh pelatihan khusus untuk ini, saya kembali ke Inggris. “
Pada 2007 atau 2008, saya sekolah di akademi tata boga, sekolah menjadi Chef kemudian kerja 1 tahun di restoran bertaraf Michellin star dan mengasah kemampuan saya disana.
Pada saat itu, saya dihadapkan pada pilihan, saya bisa terus bekerja, mengasah kemampuan dan berlatih menjadi Chef terbaik atau
keluar dan meneruskan apa yang jadi niat saya — mendirikan sebuah social enterprise.
Lalu saya menjadi pastry chef di hotel Hyatt
Sementara saya disana, saya juga mengembangkan ide bisnis saya.
Lalu saya diskusi dengan sous chef saya tentang ide bisnis ini
Kami memiliki banyak ide tentang nama , dan akhirnya kami sepakat dengan nama ‘Miss Macaroon’ — karena terasa mudah diucapkan.”
“Saat jadi chef pastry, saya mengontak akademi tata boga saya dulu
Untuk membicarakan ide bisnis dan bagaimana cara saya ingin investasikan profitnya
Dan potensi bekerjasama dengan para orang muda jika mereka tidak selesai pendidikannya.
Lalu pihak akademi tertarik dan mereka menyediakan free kitchen space untuk saya selama 1 tahun
Di saat saya masih bekerja sebagai pastry chef, di weekend saya melakukan tes membuat macaroon dan pengiriman.”
Bagaimana Anda berkolaborasi untuk bisa mencapai dampak sosialnya?
(RG) : “Di Miss Macaroon, kami berkolaborasi dengan banyak social enterprise dan banyak organisasi yang berbeda
Kami bekerjasama dengan organisasi yang merengkrut orang muda untuk ikut dalam program
Kami juga bekerjasama dengan organisasi yang memberikan dukungan lengkap kepada orang muda
So, kami bekerja sama dengan recruitment agency yang membantu orang muda mengembangkan CV dan cover letter mereka dan
memberi panduan kepada mereka dalam menjawab pertanyaan ketika interview kerja
Juga memberi latihan interview.”
“Kami juga bekerja sama dengan psikoterapis dan konselor untuk memberikan well-being session
belajar bagaimana mengatasi stress, merawat diri, mengatasi ‘self-limiting beliefs’ juga mengurangi ‘negative beliefs’.
Kami juga bekerja sama dengan social enterprise dan organisasi lainnya yang memberikan lowongan untuk sukarelawan, pekerja shifts dan perangkat ‘persiapan bekerja’ untuk trainees kami.”
“Kami berkolaborasi dengan beberapa social enterprise untuk mempromosikan social enterprise sebagai sektor bisnis
Juga mempromosikan produknya yang dihasilkannya
So, kami memiliki social enterprise hampers , yaitu macaroon kami bersama champagne buatan social enterprise lainnya
Juga coklat, tea, kopi, jus buah
Intinya adalah untuk menunjukkan social enterprise dapat menciptakan produk berkualitas dalam kemasan cantik dan bisa untuk hadiah dalam event corporate, hadiah pernikahan.
Saya hanya berharap itu bisa mempromosikan social enterprises lainnya.”
Apa yang menjadi tantangan terberat Anda?
(RG): “Tantangan terbesar saya dari awal adalah berkompromi dengan pandangan idealis saya sendiri
Saya pikir social enterprise adalah perusahaan yang hanya mempekerjakan orang-orang yang dibantu
dan menginvestasikan 100% profit kami.
Jika investasinya tidak 100%, maka itu bukan social enterprise
Setelah melalui proses, mencoba dengan cara itu dan gagal
Akhirnya saya sadar, bahwa kadang-kadang ya itu bukan cara tepat untuk memulai bisnis
Bekerja dengan orang di usia 18 sampai dengan 25 tahun yang memiliki banyak kebutuhan
dengan sedikit atau hampir tidak ada sistem pedukung
Lalu mengumpulkan mereka bersama, memberikan mereka pekerjaan dimana mereka mungkin belum punya pengalaman
Atau baru mulai bekerja lagi setelah absen lama
Dan orang biasanya belajar lebih banyak dengan sebaya mereka
Namun kami tidak punya sistem support seperti itu yang tersedia
padahal mereka membutuhkan banyak sekali sistem support
Jadi, model yang kami terapkan adalah 3 professional untuk 1 trainee.
dan metode itu telah berhasil untuk mengatasi kebutuhan support yang kami butuhkan
dengan hasil yang diharapkan dari trainee kami dan perkembangan yang mereka hasilkan.
“Saya pikir tantangan ‘tekad’ adalah hambatan yang saya hadapi
Tantang utama lain yang saya hadapi dari diri saya adalah ‘meminta bantuan’.
So, kami memiliki dewan eksekutif yang luar biasa juga para supporters yang luar biasa yang seiring dengan waktu menjadi lebih nyaman meminta bantuan.
Saat masyarakat menyukai apa yang kami lakukan, dan sangat menyukai misi kami, orang-orang muda juga ingin berbuat sesuatu yang mereka bisa.
Tapi saya kuatir akan memberi tuntutan besar kepada mereka terutama ketika mereka juga sibuk bekerja.
Tapi orang-orang tetap menawarkan kecuali mereka tidak bisa lakukan, jika ternyata mereka sadar itu lebih dari yang mereka bisa lakukan, maka mereka akan beritahu kami.
Jadi, saya pikir itu jadi hal yang sangat penting karena itu membantu kami bisa berkembang dan memiliki keahlian-keahlian lainnya.”
Dana bantuan apa yang Anda butuhkan untuk mendirikan bisnis Anda? Darimana Anda mendapatkannya dan bagaimana?
(RG): “Saya memulai Miss Macaroon dengan 500 pound dari dana pribadi saya
Saya tahu bahwa saya belum bekerja dengan baik untuk pembiayaan finasial.
So, saya harus tetap bekerja dan menjalankan Miss Macaroon di waktu libur.
So, saya punya 500 pounds lalu saya menggunakannya. Saya tidak mengupah diri saya karena saya masih bekerja.
Lalu setelah kurang lebih 1,5 tahun, kami telah memiliki cukup uang di bank sehingga kami bisa manfaatkan untuk mendapatkan sejumlah bantuan dana dari Birmingham City Council.
Lalu menggunakannya untuk membuat kitchen space baru kami.
Kami tidak menerima bantuan lagi selain ‘Tasting New Plymouth Programs” dan itu dana kecil
Sisa lainnya datang dari hasil penjualan macaroon.”
“Sekitar tahun 2015 kami mendapat dana lagi, kami mendapat bantuan dana lagi kali ini dari Barrow Cadbury Trust.
Bantuan mereka adalah dana gaji untuk para program leaders
Saya sadar kami tidak bisa membesarkan Miss Macaroon jika saya yang memberikan semua trainingnya.
So, kami membutuhkan bantuan untuk menggaji para trainers dan orang-orang muda yang bekerja dengan kami.
Sehingga saya bisa fokus untuk mengembangkan bisnis Miss Macaroon.”
“Kami juga melakukan beberapa investasi, social investment di 2016 untuk membangun toko fisik kami di Great Western Arcade.
Kami memutuskan untuk lakukan itu karena ini bisnis baru dan kami harus bersaing dan ambil risiko dengan produksi sendiri. Dan kami hanya ingin tambahan akses pembelian daripada menggunakan dana yang kami miliki ke manufacturing kitchen.”
Berapa banyak orang yang mendapatkan manfaat dari bisnismu?
(RG): “Saat ini kami memiliki 53 orang muda yang bekerja sama dengan kami
Beberapa orang sedang menyelesaikan course saat ini. Lalu ada 4 orang yang akan memulai beberapa minggu lagi.
Mereka telah mengikuti program 10 Minggu training dan kami telah menolong mereka mendapatkan pekerjaan setelah selesai training.
Dan mereka juga mendapatkan 1:1 mentoring setelah training selama 6 bulan.”
Mengetahui apa yang kamu tahu saat ini, nasihat apa yang akan kamu berikan ke diri mudamu?
(RG): “Saya mungkin akan menasehati diri saya untuk tetap menjalin komunikasi dengan alasan mengapa saya melakukan apa yang saya lakukan.
Sehingga ada penjelasan dari pertumbuhan Miss Macaroon dimana saya belum terlibat dalam program latihannya.
Dan itu mempengaruhi motivasi dan passion saya.
Dan sekarang, saya memiliki orang yang ahli dalam pelatihan pengiriman, pelatihan program leader. Dia berhasil sehingga saya tidak perlu memberikan training apapun.
Tapi saya akan singgah di setiap pelatihan dan program sesekali, karena buat saya sangat penting.
Untuk mendapatkan kembali motivasi saya tetapi juga mengetahui siapa saja trainees kami.
Jadi ketika ada masalah terjadi, yang kemungkinan pasti ada, saya memiliki gambaran kepribadian orang tersebut dan sudah sejauh apa mereka sudah berkembang dan hambatan yang mereka hadapi untuk kami bisa membantunya.”
Sekarang, bisakah kamu memberikan 1-menit elevator pitch kamu?
Miss Macaroon
Dengan satu-satunya pattiserie di dunia yang bisa membuat pantone match macaroon,
Kami juga mensuplai ke restoran bertaraf bintang Michellin.
Juga perusahaan perusahaan korporasi besar seperti Google, Instagram dan Facebook.
Kami menginvestasikan 100% profit kami dan menyediakan training dan pekerjaan untuk orang-orang yang membutuhkan.
Kami bekerjasama dengan bekas tahanan, anak muda yang dulu tinggal di panti sosial, mereka yang tidak punya rumah, mereka yang punya masalah kesehatan mental, mereka yang mengidap autism spektrum, dan beberapa orang yang memiliki ketidakmampuan dalam belajar.
Kami membekali keahlian, melatih kepercayaan diri, dan membantu mereka agar mereka bisa bekerja.
Kami mengubah dunia per satu macaroon ke macaroon lainnya. “